Membaca Jejak-jejak Perempuan karena "Perempuan Itu Sesuatu..."
Judul Buku : Perempuan Itu... Sesuatu
Penulis : Pipiet Senja, dkk
Penerbit : Universal Nikko, Jakarta
Tahun : Cetakan Pertama, April 2012
Tebal : 280 halaman
Menjadi perempuan adalah suatu anugerah tersendiri, namun di tengah
anugerah itu selalu terselip banyak cerita. Cerita tentang, tawa, duka,
tangis, juga ketegaran. Perempuan seringkali hanya bergulat di
dapur, sumur, dan kasur saja, padahal sebenarnya perempuan pun
mempunyai hak untuk berada di dunia luar, mencari arti kehidupan.
Meskipun zaman sudah semakin modern, tapi masih saja perempuan
ditempatkan di second line. Jangan diartikan bahwa perempuan itu lemah,
karena sering berada di belakang suami. Padahal adanya sosok lelaki
atau suami yang hebat, pasti terdapat perempuan yang hebat di
belakangnya.
Perempuan menjadi sosok paling kuat ketika bisa
menjaga air matanya untuk tidak jatuh. Perempuan juga menjadi sosok
paling berani ketika mampu mencintai tanpa mempertanyakan apa itu
cinta. Perempuan juga menjadi sosok paling misterius saat ia menjadi
kotak besi yang mampu menyimpan rapat semua duka juga luka.
Hak Perempuan
'Perempuan Itu... Sesuatu' adalah suatu kolase fiksi emansipasi yang
terdiri dari 21 cerita tentang perempuan. Emansipasi di sini tak hanya
diartikan sebagai sebuah sikap untuk disetarakan dengan lelaki dalam
hal sosial, tetapi juga sikap bahwa perempuan juga berhak untuk
disetarakan dalam hal hati dan perasaan. Perempuan berhak untuk
dicintai, bukan disakiti.
Kumpulan cerpen ini ingin menyuarakan
suara perempuan yang tak terungkap, tentang sakitnya hati menghadapi
perselingkuhan, tentang ketegaran menghadapi kesakitan yang hanya
dibungkam dalam diam.
Pipiet Senja pun menyuarakan sisi lain dari
perempuan, usaha untuk hijrah ke jalan kebaikan yang justru mendapat
tentangan dari orang-orang terdekatnya. Perempuan yang berusaha
menyuarakan keinginannya yang terbungkam gelimangnya harta.
Perempuan memang pandai menyembunyikan pedihnya, seperti yang ada di
cerpen Ina Inong yang berjudul Lima Puluh Tahun Mencinta, “Bahunya
terguncang oleh tangis sesal sekaligus terima kasih untuk perempuannya.
Perempuan yang telah mendampinginya selama lima puluh tahun, tanpa
sekali pun bertanya, cintakah Cakra padanya.” (hlm. 9).
Perempuan
juga menjadi pahlawan dan pejuang dengan caranya seperti yang
diungkapkan Ari Keling dalam cerpen Aku, Malaikat, dan Bidadari
Bermahkota Kepang Duan, “ Terkadang aku merasa tak berguna menjadi
seorang ibu. Pasalnya, untuk menjawab warna biru seperti apa, aku tidak
bisa mengucapkannya.” (hlm. 208)
“Sesuatu” menjadi pilihan dalam
judul buku ini karena perempuan terlalu misterius, terlalu indah, dan
terlalu cantik untuk diungkapkan. Maka cukuplah “sesuatu” menjadi
penanda untuk segala rahasia perempuan.
Cerita-cerita dalam kolase
ini bisa menjadi pelajaran kehidupan tak hanya bagi perempuan, tapi
juga bagi para kaum adam. Membaca cerita-cerita di dalam buku Perempuan
Itu ... Sesuatu bisa menjadikan para lelaki untuk lebih bisa membaca
jejak-jejak perempuan yang luput dari penglihatan. Satu yang menjadi
bagian terpenting dalam buku ini adalah ingin mengungkapkan jika
perempuan itu ingin dimengerti. (Richa Miskiyya).
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !