Artikel Acak:
Home » , » Bongkar Pasang Kurikulum 2013

Bongkar Pasang Kurikulum 2013




Bertempat di SMA Dwi Warna, Parung, Bogor, Sabtu (04/05) pukul 08.00 s/d 12.00, diadakan sebuah seminar pendidikan untuk pengembangan kurikulum 2013. Seminar yang berlangsung sekitar 4 jam ini, dihadiri kurang lebih 100 orang dari kalangan kepala sekolah dan pendidik di Kabupaten Bogor. Materi disampaikan langsung oleh Kepala Bidang Kurikulum dan Perbukuan Pendidikan Menengah, Dr. Herry Widyastomo, APU, mengenai penerapan kurikulum 2013 dan implementasinya dalam manajemen Sekolah Menengah Pertama. Selain itu, hadir juga Prof. Dr. H. Moh. Wahyudin Zarkasyi, CPA yang juga menyampaikan materi tentang “Persiapan Dinas Provinsi Jawa Barat Dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”.

Fokus pengembangan kurikulum 2013 ada 8 hal, yaitu : (1) Mengurangi mata pelajaran, (2) Mengurangi materi pelajaran, (3) Menambah jam belajar, (4) Tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, dan global, (5) Penguatan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi dan pembelajaran (standar kompetensi lulusan), (6) Penguatan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara holistik dalam pembelajaran, (7) Penguatan pembelajaran siswa aktif, dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar (standar proses), (8) Penguatan penilaian proses dan hasil (standar penilaian). Untuk awal, Diknas akan menerapkan kurikulum 2013 ini hanya pada level kelas 1, 4, 7 dan 10. Untuk tingkatan kelas selanjutnya kurikulum yang digunakan masih berpegang pada kurikulum lama (KTSP). Ada 2 mata pelajaran yang pada akhirnya ditiadakan, yaitu TIK (Teknologi informasi dan Komunikasi) dan Bahasa Daerah (yang nantinya akan disatukan ke mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan –SBK sebagai bahan ajar muatan lokal). 

Alasan yang disampaikan Diknas berkenaan tentang penghilangan mata pelajaran TIK adalah sebagai berikut : (1) Banyaknya sekolah di Indonesia yang belum dipasangi listrik, sehingga pengadaan mata pelajaran TIK terkesan kurang efektif diterapkan dalam kurikulum; (2) Guna pemerataan pendidikan di Indonesia, dalam arti, mungkin tak masalah jika TIK diterapkan untuk sekolah-sekolah di kota yang memang sangat tertunjang dengan fasilitas-fasilitas elektronik dan komunikasi, namun bagaimana dengan nasib sekolah-sekolah daerah yang notabene sangat minim dalam hal fasilitas ini, akan sangat kesulitan jika nantinya pemerintah dituntut untuk memfasilitasi hal yang demikian, mengingat kondisi keuangan bangsa Indonesia yang memang tak memungkinkan untuk pemerataan hal tersebut ke seluruh jaringan provinsi. Sedangkan untuk penghapusan Bahasa Daerah, alasannya karena pada intinya, guru bidang studi SBK (Seni Budaya dan Keterampilan) diharapkan mampu menguasai bahasa daerah itu sendiri, tak hanya mengajarkan tentang kesenian dan keterampilan semata, tapi juga guru tersebut mampu berkomunikasi dengan para siswanya dengan menggunakan bahasa daerah dimana sekolah itu berdiri. Misalnya, tinggal di daerah Bogor, maka guru dan siswa diharapkan menguasai bahasa Sunda untuk meningkatkan kompetensi dan kreatifitas.

Dalam kurikulum 2013, sistem pendidikan yang awalnya hanya mengedepankan aspek kognitif saja (aspek yang berupa pengajaran demi kelulusan ujian). Perhatiannya akan juga difokuskan pada aspek pengembangan afektif dan psikomotorik secara holistic, maksudnya, penerapan metodologi pendidikan tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan saja (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-budaya Indonesia, dan seterusnya. Pengelolaan pendidikan karakter sebisa mungkin disuarakan, sehingga dapat dihasilkan generasi-generasi penerus yang bukan hanya memiliki kemampuan otak yang cemerlang, namun juga memiliki karakter-karakter yang berbudi dan religius. 

Kompetensi inti dari nilai-nilai karakter itu meliputi sikap spiritual (sikap terhadap Tuhan YME) dan sikap sosial (sikap terhadap diri sendiri dan keterampilan). Untuk kurikulum peminatan SMA 2013. Penjurusan siswa malah akan lebih dispesifikan lagi. Penjurusan siswa-siswi akan pula diimbangi dengan hobi/minat cadangan mereka. Dalam arti, akan diadakan konsep pengambilan mata pelajaran yang mendukung lintas minat (minat cadangan) dan pendalaman minat itu sendiri. Contohnya : seorang siswa memiliki cita-cita menjadi dokter, hanya saja, ia memiliki hobi menulis, nah, hobi inilah yang akan juga ditampung oleh sekolah guna meningkatkan semangat belajar siswa tersebut. Materi-materi penulisan seperti : pantun, puisi, cerpen, EYD, dan lain-lain akan diusahakan untuk diberlakukan di sekolah. Dengan begini, siswa-siswa berkesempatan untuk menekuni cita-cita sekaligus hobi mereka dalam waktu yang sama. Dua kompetensi yang pada akhirnya mampu diseimbangkan untuk meraih kepuasan secara menyeluruh.

Pendapat negara lain terhadap pendidikan di Indonesia (laporan EOCD) bahwa performa pendidikan di Indonesia naik sebesar 30%. Banyak pendapat-pendapat masyarakat beredar bahwa penerapan kurikulum 2013 ini lebih banyak mengandung aspek negatifnya. Tapi, jika kita telaah lagi, issue-issue tersebut tak sepenuhnya benar. Pada intinya, kurikulum 2013 ini terus diperjuangkan untuk aplikasikan, pada dasarnya mengacu pada semboyan “Bahwa semua ilmu pengetahuan itu punya value”. Pendidikan formal yang dilakukan di sekolah, seyogyanya mampu membawa siswa-siswi memiliki wawasan yang luas dalam ilmu pengetahuan, tapi juga mampu membentuk karakter siswa menjadi lebih berakhlak dan berbudi pekerti. (*Widi)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Sponsor

Sponsor
 
Support : Johny Template | Mas Template
Powered by : Blogger
Copyright © 2012-2013 C-Magz - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Edited by Baser