![]() |
Tias Tatanka |
Bagaimana
nih kabar mbak Tias? Sedang sibuk apa?
Wa'alaikum salaam,
alhamdulillah kabarnya baik semua. Lagi sibuk ngerjain pe er yang tertunda, beberapa rencana penulisan buku,
mengurus Rumah Dunia, mengurus anak-anak dan bapaknya :)
Di saat banyak keluarga lain
kurang peduli dengan masalah pendidikan, juga bacaan anak-anaknya, keluarga
mbak Tias justru concern memikirkan ini. Kegelisahan yang harus ditularkan
kepada para keluarga lainnya. Bisa dishare, bagaimana mbak Tias menerapkan
pendidikan di keluarga mbak, khususnya untuk anak-anak agar cinta dengan buku?
Anak-anak itu pembelajar
sejati. Mereka lihat dari orangtuanya. Jadi kalau mau anaknya cinta buku, harus
dimulai dari kedua orangtua. Nggak cuma satu ya. Harus ayah-ibu yang
mencontohkan, bahwa buku itu istimewa. Dari sebuah buku dapat dijadikan beragam
permainan, kuis. Orangtua harus inovatif kalau mau anaknya terpancing. Kalau
cuma disodori buku, suruh baca, nggak akan jalan. Dampingi anak saat buka buku,
ikut membaca dan jadikan itu sebagai kegiatan menyenangkan.
Selama
ini, keluarga mbak Tias dikenal sebagai keluarga pengarang. Salah satu potret
keluarga ideal yang mengutamakan pendidikan dan cinta buku. Bisa kompakan gini,
bagaimana ceritanya mbak?
Kalau kami masing-masing
menulis dari dulu saat masih SMP. Di rumah, karena pekerjaan, kami selalu
bicara tentang tulisan dan buku. Anak-anak sudah biasa dengar debat kami
tentang naskah. Mereka biasa lihat kami bawa buku ke mana-mana. Itu yang mereka
tiru. Tapi yang ikut menulis baru Bella. Dia lebih muda dari kami saat
menerbitkan buku. Sekarang yang bungsu kayaknya mulai suka mengarang. Tapi
biarlah, mereka menemukan sendiri jalan hidupnyaJ Tidak harus menjadi pengarang seperti kami.
Bagaimana hal
ihwal, mbak Tias dan mas Gong akhirnya punya ide untuk mendirikan Rumah Dunia?
Apakah ini bentuk kegelisahan yang akhirnya diejawantahkan dalam bentuk Rumah
Dunia?
Pada dasarnya kami satu visi,
ingin punya learning centre, ingin melakukan sesuatu semampu kami untuk
masyarakat sekitar, sebab kami ingin keberadaan kami bermanfaat. Selebihnya,
karena lihat fenomena daya baca anak-anak rendah dan sebab utama adalah
akses ke buku, akhirnya kami tergerak untuk meminimalisir permasalahan itu.
Kami sadar, tidak akan mampu bergerak sendiri, maka butuh teman-teman dari
berbagai disiplin ilmu. Bersama relawan kami mengelola kegiatan di RD.
Bagaimana
apresiasi masyarakat di awal keberadaan Rumah Dunia dengan yang sekarang?
Mereka membiarkan kegiatan RD
berlangsung. Mereka menunggu saat kami menagih pembayaran. Tapi hal itu tak
terjadi. Mereka lalu bertanya, tak perlu bayarkah? Kami bilang tidak, ini
bagian dari ibadah. Mulailah mereka tak hanya diam, tapi juga mendukung kami.
Bisa dishare ke C-Magz Lovers
apa saja yang harus dipersiapkan jika ingin mengikuti jejak mbak Tias dan
keluarga untuk mendirikan TBM? Baik segi administratif maupun yang lainnya.
Intinya begini, jangan pernah
mengharap imbalan dari orang. Langkah awal, jalankan saja kegiatan. Sambil
susun konsep jelas. Modal buku dan ruang, fleksibel. Kami mulai dari teras
rumah dan tanpa rak. Tapi semangat terus ada dan rasa suka bergiat di sini.
Selanjutnya, semua berjalan dan ternyata orang baik ada di mana-mana.
Kalau
boleh tau, dan biar jadi motivasi C-Magz lovers, seiring keberadaan
Rumah Dunia, sudah penghargaan apa saja nih yang diperoleh? Penghargaan untuk
mbak Tias pribadi, maupun untuk TBM Rumah Dunia.
Buat aku pribadi:
-
Penghargaan Perempuan
Kartini, pemprov Banten, 2005
-
Inspiring Woman dari DPW PKS
Banten, 2008
-
Tribute to Real Woman dari
Antara Foto – Plaza Semanggi, 2009
-
UMMI Award bidang pendidikan
dan sosial, 2010
Buat RD apa saja ya, aku lupa
:D, TBM Kreatif salah satunya.
Sejauh ini, sudah
capaian apa saja yang terealisasi?
Sekarang RD memasuki tahap
berbeda. Tidak lagi mengenalkan buku bacaan dan kegiatan, tapi sudah harus
menjadikan bacaan sebagai modal untuk berkreasi. Ini tahap sulit menurutku.
Kami seperti melewati lintasan yang sama waktu awal menggerakkan RD tapi dengan
dimensi berbeda. Tak sesederhana dulu.
Selain
TBM Rumah Dunia yang sudah menjadi referensi puluhan TBM di berbagai wilayah di
Indonesia, ada targetan apa lagi nih, yang menjadi impian mbak Tias?
Yang dewasa sudah punya buku
sendiri-sendiri, tinggal yang usia anak-remaja yang butuh bimbingan dan latihan
menulis agar standarnya terus meningkat.
Terakhir
nih mbak, apa pesan mbak Tias untuk C-Magz Lovers yang ingin mengikuti
kiprah mbak Tias dan keluarga?
Gerakan literasi ini kerja
marathon yang tak pernah berhenti. Sekali memulai, tak boleh berhenti.
Melelahkan, tapi membahagiakan. Jika semua dikembalikan pada-Nya, kita nggak
usah khawatir, karena ada Ia yang akan membantu semua kesulitan ;)
Oke
deh mbak Tias, terima kasih atas sharenya untuk C-Magz Lovers ya. Sukses selalu untuk mbak Tias dan keluarga.
(*TriLego)
keren2, semangat Lego memberikan yang keren begini
BalasHapusyey ada Bunda :)
BalasHapus