Artikel Acak:
Home » , , » ERRY SOFID, Penulis Skenario itu Harus Tahan Banting!

ERRY SOFID, Penulis Skenario itu Harus Tahan Banting!

Erry, begitu panggilan akrab dari Erry Sofid. Lelaki kelahiran Jakarta 19 Juli 1971 ini dikenal sebagai seorang penulis skenario. Suami dari Novia dan ayah dari Aurelia Amani Salsabila dikenal dengan filmnya yang bergenre misteri dan horor.

Berikut beberapa film yang skenarionya beliau tulis :
The Soul (2002), Ada Hantu di Sekolah (2004), 12:00 am (2005), Missing (2006), Gotcha (2006), Hantu Jeruk Purut (2006), Malam Jum'at Kliwon (2007), Lewat Tengah Malam (2007), Beranak dalam Kubur (2007), Hantu Ambulance (2008), Kereta Hantu Manggarai (2008), Hantu Perawan Jeruk Purut (2008), Sarang Kuntilanak (2008), Kuntilanak Kamar Mayat (2009), Pocong Jalan Blora (2009), 18 + (2010), Pocong Jum'at Kliwon (2010), Pengantin Pantai Biru (2010), Gaby dan Lagunya (2010), Pocong Rumah Angker (2010), Pocong Ngesot (2011), Kuntilanak Kesurupan (2011), Kepergok Pocong (2010), Tarung : City of The Darkness (2011), Pocong Kesetanan (2011), My Last Love (2012), Ada Hantu di Vietnam (2012), Dendam dari Kuburan (2012), Bangkit dari Kubur (2012), Kuntilanak-kuntilanak (2012), 3 Pocong Idiot (2012), Di Sini Ada Yang Mati (2013) dan yang belum tayang adalah Apa Ini Cinta (2013).

Pada kesempatan kali ini, di tengah kesibukannya menyelesaikan naskah skenario film layar lebar 'Apa Itu Cinta?" yang rencananya akan dirilis setelah lebaran nanti, beliau dengan senang hati menyempatkan diri bersedia diwawancara oleh team C-Magz. Lalu seperti apa wawancara menariknya? Yuk, kita simak ....

 
Sejak kapan Mas Erry bergelut di dunia literasi?
Mulai menulis sebenarnya sejak SMA tetapi mulai rilis karya di media cetak yaitu sejak awal tahun 1990. Kebanyakan karya dimuat di majalah remaja seperti HAI, KAWANKU, ANEKA YESS, ANITA, KEREN BEKEN, GADIS dan beberapa media surat kabar Ibu Kota. Aktivitas menulis, dari cerpen, artikel, feature dan berita selebritis, saya jalani pada rentang tahun 90-an. Dulu, saya tidak mempermasalahkan masalah honor. Melihat karya kita dimuat di media, saya sudah merasa senang sekali.  Awalnya sih lebih eksis menulis di media cetak. Sempat bergabung juga dengan Putra Gara menerbitkan majalah remaja Planet Pop. Memasuki awal tahun 2000, pelan-pelan saya tinggalkan itu dan pelan-pelan memutar haluan ke penulisan skenario.


Darimana Mas Erry mendapat pelatihan menulis skenario?
Dulu, karena tidak tahu kepada siapa saya belajar skenario, saya membeli buku panduan menulis skenario. Mendownload contoh skenario dari situs-situs di internet. Dari situ, saya mulai mempelajari struktur bangun skenario, teknis dan plotting.Nah, di awal tahun 2000 itu, saya mengenal sebuah grup diskusi seputar film dan skenario yaitu Layarkata Network. Dan di sinilah, segala menjadi jelas. Di grup tersebut banyak nama-nama sineas kondang yang anggotanya ribuan lebih itu. Diantaranya ada Riri Riza, Mira Lesmana, Rudy Sudjarwo, Jujur Prananto ... dan banyak lagi. Di grup ini, senior dan junior bersatu. Dan, saya mendapatkan pelajaran yang lebih banyak lagi. Dari tata cara penulisan skenario, proses syuting film, teknis penyutradaraan, dan sebagainya. Di bawah bimbingan Yanti Prawoto (pemrakarsa dan ketua grup Layarkata Network), sharing ilmu yang sebatas dunia maya tersebut sesekali mengadakan kopi darat untuk mempererat kekeluargaan antar anggota.

Bisa diceritakan sedikit mengenai debut pertama skenario Mas Erry yang tampil di televisi?
Skenario pertama saya diproduksi pada tayangan program acara KISMIS (KISAH MISTERI) yang ditayangkan di stasiun RCTI dengan production house-nya adalah Millenium Visitama Film. Di masa itu, KISMIS menjadi tayangan pertama semi dokumenter yang mengangkat kisah nyata seputar pengalaman gaib masyarakat Indonesia. Acara ini mendapat sambutan luar biasa dan menjadi pelopor tayangan serupa dengan konsep sama seperti Dunia Lain (Transtv), Uka-Uka (TPI). Pada akhirnya, menulis skenario adalah total eksistensi saya. Media cetak tak tersentuh sama sekali. Memang ada beberapa penulis yang bisa handle semuanya tetapi saya memilih konsentrasi pasa satu jalur, yaitu skenario.

Kalau boleh tahu, alasan Mas Erry memilih jalur skenario?
Alasannya karena menulis skenario itu masih bagian dari menulis dan saya mencintai pekerjaan sebagai penulis. Alasan lainnya pasti sudah tahu dong apa? Hehehe ...

Ada apa aja nih mas suka duka yang Mas Erry rasakan selama menjadi penulis skenario?
Sukanya ya ... saat melihat karya skenario divisualisasikan di layar kaca atau layar lebar. Terus, secara bayaran atau honor, tentunya menulis skenario lebih besar daripada menulis untuk media cetak. Dukanya ... Hampir gak ada sebab saya selalu membawanya dengan enjoy.

Dari yang saya tahu, banyak film dari karya Mas Erry yang bergenre misteri atau horor, ada alasan khusus nggak mas, mengapa Mas Erry memilih genre tersebut?
Setelah KISMIS, justru saya banyak terlibat dengan genre drama percintaan. Tunjuk Satu Bintang adalah salah satu proyeknya. Juga ada beberapa FTV drama dengan cerita tentang percintaan ABG dan konflik keluarga. Sebenarnya, bukan memilih tetapi ini karena permintaan produser saja. Waktu itu datang tawaran untuk membuat FTV series bergenre misteri horor. Saya ragu sebab belum tahu format seperti apa (masih terbiasa dengan drama percintaan). Saya sempat menolak mengerjakannya. Buat apa mengerjakan sesuatu yang saya sendiri tidak paham? Pikir saya. Tapi, sutradara program meyakinkan saya. Akhirnya, saya coba satu episode. Oleh sutradara tersebut, saya diberi banyak referensi film horor. Setelah jajal, ternyata bisa. Saya mulai penasaran. Beberapa episode berikutnya saya ambil tetapi saya minta ke produser dan sutradara agar mengkritik dan memperbaiki kekurangan naskah skenario saya. Dari kesalahan itu, saya mendapat pandangan psoitif demi kesempurnaan naskah. Kerja seni juga kan tidak bisa terlalu egois meski punya hak mempertahankan kelayakan karya.

Dari sekian banyak skenario yang Mas Erry buat, adakah skenario film yang proses pembuatannya itu mengesankan dan menantang?
Semua skenario itu menantang untuk dikerjakan soalnya menuntut keseriusan dalam pengolahannya. Tapi ada skenario yang sangat berkesan adalah skenario film layar lebar berjudul KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG dan MY LAST LOVE. Keduanya merupakan adaptasi dari novel. Kehormatan di Balik Kerudung bercerita tentang religi yang dibalut percintaan sedang My Last Love itu pure romantis. Saya anggap ini berkesan karena keluar dari jalur yang selama ini dijalani yaitu misteri dan horor. Dan sumpeh, gila! Melelahkan sekali. Mungkin karena sudah lama berkutat sama yang horor-horor, cerita dark jadi ya ... gitu deh. Sebenarnya ada beberapa naskah skenario layar lebar di luar genre horor misteri yaitu Love Is Brondong, 18+ (love Never Dies), Tarung dan yang teranyar, yang siap tayang di tahun 2013 berjudul Apa Ini Cinta?

8.
Selama menjadi penulis skenario film misteri dan horor, tentunya Mas Erry terlibat langsung penggarapan film di lokasi syuting. Adakah kejadian-kejadian aneh seperti kesurupan, benda bergerak sendiri atau penampakan? Di mana dan di film apa itu terjadi?
Sering. Selain crew atau figuran yang kerasukan, ada artis bernama Dinda Kanya Dewi mengalami kesurupan. Dia ngomong ngaco dan suaranya bukan dia. Waktu itu syuting film Beranak Dalam Kubur (2006). Saya lagi magang jadi astrada (asisten sutradara). Dinda minta makan kepala ayam yang baru disembelih. Semua bingung hingga kegiatan syuting tertunda. Akhirnya datanglah' orang pintar' untuk mengusir makhluk gaib tersebut. Karena tragedi itu, lokasi syuting dipindah karena ternyata, penghuni gaib tidak suka tempatnya ramai oleh manusia. Pernah juga melihat penampakan kuntilanak. Waktu itu syuting di Curug Nangka dalam syuting film Pengantin Pantai Biru. Kuntilanak itu nangkring di atap rumah kosong dan tertangkap kamera. Lalu, saat syuting 3 Pocong Idiot. Kamera merekam pocong beneran yang melintas. Tadinya dikira figuran berperan menjadi pocong. Ternyata bukan. Kejadian seru lainnya adalah ketika menulis skenario Hantu Ambulance. Untuk pertama kalinya saya bertemu dengan legenda horor Indonesia, Suzzana! Kami diskusi soal naskah. Wah, canggung juga. Suzzana menunjukkan hobinya makan bunga mawar dan melati. Saya menyaksikannya sendiri demikian. Bunga-bunga itu bersih dan ditaruh di piring keramik. Katanya, beliau suka makan bunga sejak masih ABG. Karena penasaran, saya mencoba memakannya. Bunga mawar satu, melati satu. Rasanya manis-manis sepet. Aneh. Seumur hidup baru sekali itu saya makan bunga.

Bagaimana pandangan Mas Erry terhadap perkembangan film di tanah air?
Berkembang pesat. Terutama keanekaragaman ide, tema dan konsep cerita. Tidak seperti awal-awal kebangkitan film Indonesia yang didominasi horor. Horor, dulu memang menjadi primadona dan lahan basah bagi produser karena cepat mendatangkan keuntungan dalam pemutaran di bioskop. Tetapi kini, masyarakat sudah lebih kritis dan cerdas dalam memilih film. Kejar pasar bukan lagi tujuan semata meski masih ada yang bersikap demikian. Kini, produser memperhatikan ruang idealis. Soal untung rugi itu urusan nanti. Produser mulai gambling. Film bukan lagi sarana hiburan semata namun juga menanamkan inspirasi moral positif. Contoh film HABIBIE AINUN yang mencetak rekor 5 juta penonton. Pada hakekatnya, semua kembali kepada sineas serta produser terkait. Membuat film membutuhkan dana tidak sedikit. Ya, seperti pedagang. Hukum ekonomi berlaku di sini.

Apa harapan Mas Erry untuk perfilman di Indonesia?
Tetaplah menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan meningkatkan kualitas. Secara kuantitas, sebulan bisa 10 film yang naik di bioskop Indonesia. Tapi berbicara soal bobot atau kualitas, tidak bisa berharap pada data statistik ...

Adakah harapan atau cita-cita Mas Erry yang belum tercapai dalam dunia ini?
Kalau harapan di bidang ini ...
Begini ... Dulu, saya bermimpi menjadi penulis sastra dan wartawan. Dan, mimpi itu sudah terwujud. Saya lantas bermimpi menjadi penulis skenario untuk televisi. Alhamdulillah terwujud juga. Setelah eksis di TV, saya bermimpi lebih tinggi lagi, ingin melihat nama saya terpampang di layar lebar sebagai screenplay (penulis skenario layar lebar). Dan puji syukur, tahun 2004, gerbang terbuka. Saya dipercaya menggarap skenario film layar lebar berjudul THE SOUL yang diproduksi PH Starvision Plus. Setelah itu, menyusul film layar lebar lainnya. Mimpi saya yang masih menggantung adalah ... menulis skenario untuk serial-serial TV di United States, menjadi bagian tim kreatif di sana. Masalahnya, link-nya belum saya temukan dan saya kagak gape bahasa Inggris booo ... Tapi bermimpi boleh kan yaa?

Boleh banget lah mas ... Oke, lanjut soal keluarga, Mas. Bagaimana peran keluarga dalam menunjang eksistensi Mas Erry di dunia kepenulisan skenario?
Istri dan anak saya adalah sumber motivasi dan semangat untuk terus eksis. Mereka sangat mendukung profesi saya. Dan kalian tahu, keluarga adalah cahaya yang tak akan pernah padam bagi setiap harapan dan impian yang kita bangun.

Sampailah pada pertanyaan terakhir ni mas, adakah tips yang bisa Mas Erry bagi untuk C-Magz Lovers yang baru atau tertarik untuk berkecimpung dalam menulis skenario?
Skenario itu berbeda dengan fiksi cetak (cerpen, novel dan lain-lain). Skenario akan mengalami banyak perombakan jika produser tidak setuju dengan ceritanya. Intinya, mentalnya harus dikencengin. Tipsnya, jadi penulis skenario itu harus tahan banting!

Oke deh, Mas. Terima kasih atas waktunya untuk C-Magz ya. Sukses selalu buat Mas Erry ya ....  (*Mega)

Share this article :

2 komentar:

  1. gue punya cerita, dan udah gua tulis di buku gue .
    mungkin .
    lo mau baca dulu....suka atau enggaknya , itu udah resiko gue .

    BalasHapus
  2. hallo, perkenalkan saya sorta sarah. saya adalah calon penulis muda yang ingin sukses di perindustrian perfilman layar lebar indonesia. saya mau menanyakan sesuatu sebelum saya mengirimkan naskah saya ke PH. jika skenario kita diterima apakah kita juga ikut membudgeti pembuatan film tersebut? terimakasih.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak setelah berkunjung :)


Salam
C-Magz -Coloring Your Writing-

Sponsor

Sponsor
 
Support : Johny Template | Mas Template
Powered by : Blogger
Copyright © 2012-2013 C-Magz - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Edited by Baser