Judul : The Reunion
Penulis : Triani Retno
Penerbit : Andi, Yogyakarta
Penulis : Triani Retno
Penerbit : Andi, Yogyakarta
Ketakutan adalah sebuah hal normal dalam diri setiap manusia, namun ketakutan
jangan sampai menjadi penghalang dalam melakukan sesuatu. Ketakutan bukan hanya
ketakutan pada suatu barang, tetapi juga ketakutan pada sebuah keadaan, salah
satunya adalah ketakutan untuk menghadiri undangan reuni.
Seperti yang ditulis oleh Triani Retno dalam novel The Reunion, Lily, lajang berumur 28 tahun yang bekerja di majalah gaya hidup LIFE mengalami ketakutan atau paranoid saat mendapatkan undangan acara reuni SMA nya. Lily pun bimbang akan datang ataukah tidak pada acara tersebut. Dengan jiwa parnonya Lily mulai menyelidiki kawan-kawannya saat SMA dulu lewat jejaring sosial. Dari hasil pencariannya itu, Lily pun menemukan banyak sahabatnya yang sudah sukses, ada yang menjadi pengacara, kandidat doktor, jaksa di usia 28 tahun. Sedangkan dirinya hanya seorang karyawan dan penulis di majalah LIFE yang sebenarnya berstandar internasional. Lily selalu menganggap bahwa hidup dan pekerjaannya tidak lebih baik dari sahabat-sahabatnya. Ia pun takut jika ia menjadi satu-satunya orang yang tak sukses di antara yang lain. Namun, sahabatnya Anna mendorongnya untuk tetap ikut reuni, akhirnya Lily pun datang. Setelah rentang waktu sekian tahun dan baru bertemu saat Reuni, Lily pun banyak menemukan banyak hal tak terduga saat reuni. Ada yang menjadi kaya, sukses, terpuruk, menjadi bahagia atau sengsara.
Dalam novel ini pembaca akan diajak menikmati kehidupan perempuan lajang di kota metropolitan. Di dalam novel ini pembaca tak hanya disuguhi kegalauan Lily menghadapi reuninya, tetapi juga diajak untuk memahami kehidupan di setiap lembar ceritanya. Dari The Reunion pun menjadikan kita memahami bahwa pertemuan dengan sahabat lama itu adalah charger of spirit yang ampuh karena banyak tawa dan canda mengenang masa-masa remaja.
Kita akan banyak belajar tentang banyak hal dalam novel ini, bahwa ketakutan dan pikiran negatif itu hanya akan menghambat langkah kita. Sedangkan rasa syukur dan pikiran positif akan berdampak sebaliknya, menjadikan kebahagiaan senantiasa menghampiri kita. (*Richa Miskiyya)
Seperti yang ditulis oleh Triani Retno dalam novel The Reunion, Lily, lajang berumur 28 tahun yang bekerja di majalah gaya hidup LIFE mengalami ketakutan atau paranoid saat mendapatkan undangan acara reuni SMA nya. Lily pun bimbang akan datang ataukah tidak pada acara tersebut. Dengan jiwa parnonya Lily mulai menyelidiki kawan-kawannya saat SMA dulu lewat jejaring sosial. Dari hasil pencariannya itu, Lily pun menemukan banyak sahabatnya yang sudah sukses, ada yang menjadi pengacara, kandidat doktor, jaksa di usia 28 tahun. Sedangkan dirinya hanya seorang karyawan dan penulis di majalah LIFE yang sebenarnya berstandar internasional. Lily selalu menganggap bahwa hidup dan pekerjaannya tidak lebih baik dari sahabat-sahabatnya. Ia pun takut jika ia menjadi satu-satunya orang yang tak sukses di antara yang lain. Namun, sahabatnya Anna mendorongnya untuk tetap ikut reuni, akhirnya Lily pun datang. Setelah rentang waktu sekian tahun dan baru bertemu saat Reuni, Lily pun banyak menemukan banyak hal tak terduga saat reuni. Ada yang menjadi kaya, sukses, terpuruk, menjadi bahagia atau sengsara.
Dalam novel ini pembaca akan diajak menikmati kehidupan perempuan lajang di kota metropolitan. Di dalam novel ini pembaca tak hanya disuguhi kegalauan Lily menghadapi reuninya, tetapi juga diajak untuk memahami kehidupan di setiap lembar ceritanya. Dari The Reunion pun menjadikan kita memahami bahwa pertemuan dengan sahabat lama itu adalah charger of spirit yang ampuh karena banyak tawa dan canda mengenang masa-masa remaja.
Kita akan banyak belajar tentang banyak hal dalam novel ini, bahwa ketakutan dan pikiran negatif itu hanya akan menghambat langkah kita. Sedangkan rasa syukur dan pikiran positif akan berdampak sebaliknya, menjadikan kebahagiaan senantiasa menghampiri kita. (*Richa Miskiyya)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !