Pesawat Sriwijaya Air membawaku terbang dari Bandara Soekarno Hatta
menuju Pulau Belitung, Negeri Laskar Pelangi. Sebuah pulau yang menawarkan
segala keindahan dari alam dan pulau-pulaunya yang cantik. Ah! Rasanya ingin
segera sampai!
Perjalanan selama 50 menit dari Jakarta, membawaku bersama keluarga tiba
di Bandara Tanjung Pandan, Ibu Kota Propinsi Belitung, yang berpenduduk 200
jiwa. Udara cukup panas, sepertinya sudah lama tidak turun hujan. Guide Tour
kami, Mbak Melinda sudah menunggu dengan Bis AC berwarna abu-abu. Rupanya ada
15 orang jumlah peserta dalam rombongan tour kami ke Belitung kali ini.
Hari
ini kami langsung menuju wilayah Belitung Timur, yaitu menuju Kampong Gantong
tempat penulis terkenal Andrea Hirata dan politikus Ahok tinggal. Di sepanjang
jalan banyak perkebunan kelapa sawit dan bekas-bekas pertambangan timah. Banyak
dari pertambangan ini yang tidak ditutup, menyebabkan terbentuknya danau-danau
berukuran kecil. Bisa-bisa Belitong akan tenggelam! Untunglah, pertambangan
timah sudah sedikit yang masih aktif. Banyak penduduk yang beralih ke perkebunan lada putih karena harganya yang
sedang naik daun, atau menanam kelapa sawit.
Tujuan pertama kami adalah SD Muhammadiyah Gantong, yang merupakan
tempat untuk syuting film “Laskar Pelangi”. Bangunan ini hanya merupakan
properti syuting, karena sekolah yang asli sudah lama rubuh, dan didirikan di
tempat lain. Sekolah ini berdiri di atas sebuah bukit berpasir putih, di
belakangnya terdapat sebuah danau yang sangat indah. Sungguh kontras dengan
sekolah itu sendiri, yang sudah terlihat kumuh, rapuh, dan tak layak pakai.
Dari Kampong Gantong, kami melewati Manggar. Kota dengan sebutan 1000 warung kopi. Kopinya dimasak mendadak dan diseduh dengan menggunakan saringan kain. Warung Kopi Atet dikenal yang tertua di daerah Manggar.
Tujuan kami yang kedua adalah Vihara Dewi Kwan Im yang disebut juga
Vihara Burung Mandi. Vihara ini didirikan tahun 1474, sudah berusia sekitar 538
tahun, temasuk yang tertua di Belitong. Berdiri di sebuah bukit kecil, untuk
mencapainya harus naik tangga agak tinggi. Klenteng ini didominasi warna merah,
dengan banyak tempat untuk menaruh dupa dan lilin. Untuk yang ingin bisa
mencoba sembahyang di sana, penjaga vihara akan memberitahu langkah-langkahnya.
Selain sembahyang, kita bisa juga diramal (Ciam si) dengan menggunakan batang
bamboo yang diberi nomor. Vihara ini terletak di dekat hutan, kadang terlihat
monyet bermain di sekitar situ.
Setelah puas melihat-lihat Vihara, kami menuju pantai Burung Mandi. Pantai ini dinamakan Pantai Burung Mandi karena terletak di Desa Burung Mandi. Terdapat banyak perahu nelayan disana, dan pantainya sendiri masih sangat bersih. Tetapi disana kami hanya beristirahat, makan kelapa muda dan bermain-main. Kemudian kami menuju sebuah pantai tempat lokasi syuting film Laskar Pelangi, yaitu Pantai Tanjung Tinggi. Di pantai ini terdapat banyak sekali batu granit besar-besar yang tergeletak tak beraturan. Batu yang paling kecil kira-kira setinggi 2 meter. Disana kami memanjat beberapa batu, sampai tiba di tempat yang paling bagus untuk melihat indahnya senja saat matahari terbenam.
Esok
paginya, kami menuju dermaga di Pantai Tanjung Kelayang, di Belitung Barat Laut
yang cukup dekat dari hotel kami menginap, untuk naik perahu nelayan. Kami akan
berkeliling ke berbagai pulau. Yang pertama adalah Pulau Batu Berlayar. Ketika
air pasang, pasirnya akan terendam air laut, sehingga yang terlihat hanya batunya
saja. Karena itu dinamakan Pulau Batu Berlayar. Di pulau ini terdapat banyak
sekali bintang laut kecil-kecil yang berwarna sama dengan pasir, remis, dan
bulu babi. Menurut tour guide kami,
pulau ini sering dijadikan tempat untuk foto pre-wedding.
Pulau kedua adalah Pulau Pasir. Ada dua hal unik tentang pulau ini,
yaitu pulau ini hanya terdiri dari timbunan pasir yang menonjol keluar dari
permukaan laut. Ketika pasang naik, pulau ini akan terendam seluruhnya. Yang
kedua, pulau ini merupakan habitat bagi bintang laut yang besar-besar dan
berwarna cerah. Hewan ini sangat jarang bisa dijumpai di alam liar.
Tujuan ketiga adalah sebuah Pulau Lengkuas yang terdapat mercusuar
diatasnya. Mercusuar ini telah berdiri sejak tahun 1832 sejak saat
jaman Belanda masih menjajah Indonesia. Yang ajaib, mercusuar setinggi 18
lantai ini hanya terdiri dari kepingan-kepingan besi dan baut, dan masih aktif
digunakan. Dengan membayar Rp 5000,- kita bisa naik ke atas mercusuarnya. Pemandangan
yang terlihat luar biasa indah. Seluruh pulau, sampai ke horizon laut terlihat.
Yang terakhir adalah Pulau Kalayang. Pulau ini memiliki dua ciri khas unik, sebuah bongkahan batu granit raksasa di pantainya yang berbentuk seperti ikan paus, dan pulau ini adalah tempat penangkaran penyu sekaligus tempat penyu-penyu tersebut bertelur secara alami. Jika sedang musim bertelur, turis yang datang bisa ikut melihat proses bertelurnya.
Esok harinya, kami pergi ke pantai Tanjung Pendam. Di pantai ini, terdapat sebuah pulau bernama pulau Kalahmoa. Ceritanya, dulu di pulau itu bertempur pasukan Belanda, Belitong, dan Jepang. Tapi karena tidak kunjung selesai, akhirnya mereka semua menyerah dan pulang. Karena itu dinamakan pulau Kalahmoa (kalah semua). Pantai ini juga unik, karena jika laut sedang surut, pantai bisa bertambah hingga 500 meter jauhnya.
Siangnya kami makan siang di tepi Pantai Penyabong, ada banyak gumpalan batu yang menyerupai binatang besar dalam skala raksasa. Begitu menakjubkan! Belitung amat cantik dengan alamnya yang mirip dengan Lombok, tetapi memiliki keunikan dengan adanya tumpukan kumpulan batu granit super besar yang fenomenal! Makan sea food segar di tepi pantai dengan ditemani deru ombak, pasir putih dan pemandangan yang cantik sungguh pengalaman yang amat mengesankan buat saya.
Pantai yang menurutku paling menarik adalah Pantai Tanjung Tinggi bagian
kiri. Disana batu-batu lebih pendek dan sedikit, tetapi airnya cukup dangkal
sehingga kita bisa berjalan kaki cukup jauh dengan aman. Pasirnya berwarna
putih juga amat lembut. Sangat aman untuk anak-anak yang masih kecil.
Di Belitong juga ada museum, dan tidak terlalu besar. Museum ini buka tiap hari dan memamerkan berbagai keramik dan barang-barang lain dari Negara-negara lain yang ditemukan dari kapal yang karam disekitar pulau, beratus-ratus tahun lalu. Selain itu di museum ini juga ada awetan beberapa hewan, seperti buaya, biawak, bahkan ikan Arapaima Gigas, yang seharusnya hanya ada di Amazon, Brazil. Ada juga batu meteor yang umurnya tertua ketiga di dunia setelah Cekoslovakia dan Australia.
Di Museum ini juga kami mendapatkan informasi bahwa Kerajaan Badau dan Kerajaan Balak di Belitung rajanya berasal dari tanah Jawa. Yakni Kerajaan Majapahit dan Mataram. Banyak peninggalan senjata orang Jawa di Belitung.
Salah
satu tempat terindah di Belitong yang juga sering menjadi tempat pre-wedding
adalah Kawah Putih Belitong. Sebenarnya tempat ini bukanlah sebuah kawah,
tetapi bekas pertambangan Kaolin, bahan untuk membuat tanah liat dan kosmetik.
Seluruh dinding pertambangan tersebut berwarna putih, dan danaunya berwarna
biru muda. Karena air bekas pertambangan bersifat asam, tidak ada ikan yang
bisa hidup disana, bahkan tanaman yang
bisa tumbuh hanya rumput ilalang.
Itulah tempat-tempat yang saya kunjungi selama di Belitong.
Perjalanan ini meninggalkan kesan yang mendalam. Belitong yang belum terlalu
terekspos ternyata menyimpan berbagai kekayaan alam yang luar biasa. (*Winona)
(
Winona Keren....^^
BalasHapus