Artikel Acak:
Home » , , » Ina Inong : Enggak ada istilah Writer's Block

Ina Inong : Enggak ada istilah Writer's Block


 Profile penulis untuk C-Magz edisi September Ceria ini adalah sosok yang energik, cantik dan lincah. Kepribadiannya yang supel dan ceria membuatnya disukai banyak orang. Siapakah beliau? Cendolers mungkin sudah tidak asing lagi dengan beliau.Beliau adalah ... Marina Grace atau yang lebih akrab disapa Ina Inong. Seiring usianya, beliau makin produktif dengan karya-karyanya yang mengagumkan. Sayang sekali kalau kita tidak banyak belajar darinya. Yuk, mari kita simak, obrolan redaksi C-Magz dengan mami Ina-panggilan yang akrab kami gunakan untuk menyapa beliau, di sela kesibukkannya. 

C-Magz : Mami Ina sejak kapan suka menulis? 

Ina Inong : Suka menulis sejak kecil, tapi enggak pernah kepikiran buat diseriusin.

C-Magz : Pengalaman ketika kecil tentang membaca dan menulis apa aja nih? 

Ina Inong : Sejak SD suka banget pelajaran mengarang dan selalu dapat nilai bagus. Pas kelas lima atau enam SD, saya sempat kirim sajak ke koran Pikiran Rakyat dan dimuat. Tapi setelah itu nggak ada apa-apa lagi, mungkin karena teralihkan oleh kegiatan lain. Tulis menulis ditinggalkan, hingga 2006 mulai lagi melirik hobi ini buat ngisi waktu di rumah setelah berhenti kerja. Eh, cerpen dimuat di Radar Banten, mulai deh saya berfikir bahwa hobby ini bisa menghasilkan uang. Pengalaman saya membaca adalah,saya beruntung punya papi yang juga maniak baca, jadi beliau jugag mendidik kami untuk jadi maniak buku juga. Mungkin kalo anak-anak lain seusia saya seringnya dibeliin mainan, tapi kalau saya istilahnya "dijejelin" buku. Dan karena kakakku juga doyan baca buku, sejak usia dini aku udah mulai ikutan baca buku apa aja saja yang dibaca mereka. Tapi saya enggak pernah ngerasa rugi kok dibesarkan di lingkungan yang penuh buku, buku udah jadi bagian hidup. Nyaris jadi kebutuhan utama kalo buat saya sih. Oya, dulu saya dan saudara buka sewaan buku sederhana.

C-Magz : Karya apa saja yang sudah beredar di media massa dan juga dalam bentuk buku? 

Ina Inong : Awal nulis saya cuma beraninya ngirim ke Radar Banten saja. Sudah ada beberapa cerpen yang dimuat, saya emang malesan, jadi jarang juga kirim untuk media (jangan ditiru) apalagi setelah menulis buku, waktuku yang emang sedikit harus difokuskan ke naskah yang sudah dipesan penerbit. Terus saya juga ikut beberapa pelatihan nulis, baru berani kirim ke media cetak lokal yg oplahnya lebih besar seperti Pikiran Rakyat, kemudian baru ke media cetak nasional seperti Majalah Story, Kompas Anak, dan Majalah Bobo, alhamdulillah sekali kirim langsung dimuat. Ada juga yang ditolak dan gak ada kabar sama sekali dari beberapa media. Tapi, saya belum patah semangat, malah berniat lebih rajin kirim ke media cetak.

C-Magz : Suka duka berkecimpung di dunia kepenulisan apa saja?

Ina Inong : Suka duka menulis, banyak sukanya. Yang dulu enggak kebayang bakal kenal dan ngobrol dengan penulis-penulis senior sekarang kesempatan itu terbuka. Dengan menulis nambah kenalan dan teman. Baik dari kalangan penulis maupun penggemar. Tapi memang enggak bisa dipungkiri kalau ada inbox yg bilang kalau cerita/buku saya bagus dan dia suka. Makin semangat deh. Banyak berteman dengan senior, jadi banyak dapet sharing ilmu dan pengalaman. Dukanya, ya pasti di awal merintis karier ini, tertipu oleh iming-iming indie publishing, bahkan konflik dengan penulis senior pun pernah, sedih juga kalo kita yang belum apa-apa dinilai sombong, lupa diri, dsb. Padahal seujung kuku pun saya enggak pernah bermaksud seperti itu. Kecewa itu sempat bikin saya down, dan lama enggak nulis lagi. Saya baru bisa produktif lagi sekitar tahun 2010-an. Sampai sekarang pun saya masih trauma dan lebih berhati-hati, tapi tetap berusaha menjalin silaturahmi sebaik-baiknya dengan semua kalangan.

C-Magz : Karya yang sudah Mami terbitkan apa aja nih? 

Ina Inong : Kalau buku, saya sudah pernah nulis novel remaja untuk program DAK Diknas. Terus, sempat hobi ikutan audisi antologi, masih sih sampe sekarang. Hasilnya ada sekitar sepuluhan buku antologi, baru sedikit sih. Anak Kos Dodol Bareng Konco (Gradien), Kunang-kunang Dalam Pelukan (Gong Publishing), E-Love Story 10 (nulisbuku.com), Para Guru Kehidupan (Gerai Buku), Kolase 2-Dari Jendela Kehidupan (Rumah Pena), A Cup of Tea for Single Mom (Stiletto), Hujan dan Fiksi yang Kuciptakan (Leutika Prio), Dua Sisi Susi (Universal Nikko), Gilalova 4 (Gong Publishing), Janda vs Brondong (Universal Nikko) Kalau buku bacaan anak sudah ada sekitar berapa ya... ada enam judul Serial Fabel Islmi Hupi-Hupa (DAR Mizan), enam judul Serial Princess Asmaul Husna (DAR Mizan), Kumpulan Cerita Tauhid (Qibla), Obit dan Peri Gaul (Tiga Ananda), Obit: Rumah Pohon di Hutan Kecil, dan satu lagi akan terbit dalam waktu dekat.

C-Magz: Bagi mami apa sih manfaat menulis? 

Ina Inong : Manfaat menulis ya, kalau untuk saya pribadi, selain menambah income, untuk kesehatan juga. Saya pernah baca kegiatan yang disarankan untuk menghindari kepikunan itu diantaranya mengemudikan mobil dan menulis. Menulis itu juga rekreasi buat saya, pelepasan segala tekanan... walau enggak jarang juga malah jadi depresi karena nulis.

C-Magz : Penulis favorit mami siapa?

Ina Inong : Penulis favorit, saya suka John Grisham yang detail dan canggih risetnya. Tere Liye yang sederhana tapi "dalem". Dewi Lestari dan Clara Ng. Enyd Blyton yang buku-bukunya timeless. Jacqueline Wilson yang lugas, Laura Inggals yang sukses bikin saya tergila-gila sama padang rumput, hutan, dan sungai. Kho Ping Kho yang bikin saya lupa waktu. Andrea Hirata, tapi saya cuma suka Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor aja, sisanya mulai males baca. Karl May (mungkin ini bakal diketawain sm om Donatus) tapi aku suka kisah petualangannya di benua Amerika dan bikin aku suka sama suku Indian :D

C-Magz : Buku favorit mami apa?

Ina Inong : Buku favorit sepanjang masa saya Totto Chan Gadis Kecil di Jendela, Serial Rumah 
Kecil di Padang Prairie, Serial Malory Towers, Serial Si Badung, Pippi The Long Stocking. Untuk buku terbitan lokal saya suka Tetralogi Supernova-nya Dewi Lestari, seru bacanya sampe jeda belasan tahun, aku baca Ksatria dan Bintang Jatuh tahun 1999-an terus ketagihan baca buku-buku selanjutnya sampe buku ke-3, baru tahun 2012 inilah buku ke-empatnya diproduksi dan pas baca, entah kenapa kok bahagia banget,

C-Magz : Kenapa mami memilih bergelut di tulisan untuk anak?

Ina Inong :Memilih buku bacaan anak, sebenarnya sih saya belum memilih "spesialisasi" ya. Saya sendiri merasa belum terlalu matang di satu bidang dan masih berminat menulis segala genre (menurut kategori umur). Jadi sementara ini saya masih menulis, ya ... bisa dibilang acak, buku anak oke, remaja ayo, dewasa juga iya. Tapi kalau ditanya passion yang terbesar di mana? Ya passionku di buku bacaan anak.

C-Magz: Pesan buat para penulis pemula apa nih?

Ina Inong: Pesan untuk penulis pemula? Saya sendiri juga masih bisa dibilang pemula, usia perjalanan nulis saya masih muda banget, buat saya pribadi yang pertama harus ditumbuhkan dalam diri adalah passion dan tanggung-jawab. Kalau dua itu sudah dimiliki,enggak ada lagi istilah writer's block atau terbentur masalah waktu. Dan sekali lagi baca buku itu harus jadi "makanan", enggak melulu harus bacaan yang berat atau buku yg direkomendasikan orang "keren" sekali-kali baca juga buku yang enggak masuk rekomendasi, kadang kita nemu sesuatu yang unik dan mengesankan juga kok. Aku punya pengalaman unik sama buku Laskar Pelangi itu, waktu aku beli buku itu karena tertarik sama covernya, dan diskonnya. Bayangin LP itu udah ditaruh di boks diskon. Pas baca, wow... nyenengin banget. Sempet komen dalam hati, kok buku bagus gini bisa enggak laku. Belakangan, boom! Buku itu booming lagi dengan luar biasanya, itulah keajaiban marketing ya.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Sponsor

Sponsor
 
Support : Johny Template | Mas Template
Powered by : Blogger
Copyright © 2012-2013 C-Magz - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Edited by Baser