hutan yang masih oke, foto by google |
Hutan. Satu
kata yang begitu penting untuk disimak dan diperhatikan lekat. Hutan yang
notabene merupakan kawasan yang menampung aneka tumbuhan dan hewan di dalamnya menjadi
hal yang kian gencar dibicarakan sekarang. Tentu saja, hal ini berkaitan dengan
penggiatan GO GREEN yang diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Bukan saja
lingkungan perkotaan, tapi juga pedesaan, semua pihak tengah mencanangkan
program ini sedemikian rupa untuk mengurangi dampak global warming yang kian
melanda bumi.
Namun tak selamanya orang-orang peduli akan kelangsungan hidup hutan itu sendiri. Banyak pengrusakan tak bertanggung jawab yang dilakukan manusia jaman sekarang, terutama manusia yang rakus akan uang dan pastinya tak mengerti fungsi hutan untuk kelangsungan makhluk hidup itu sendiri.
Tercatat bahwa tingkat penggundulan hutan di Indonesia adalah yang tertinggi ke-2 di dunia (DetikNews). Dalam setahun, Indonesia diperkirakan telah kehilangan hutannya seluas satu juta hektar. Coba bayangkan cendolers? Menyedihkan, bukan? Perlu disimak, bahwa yang menjadi penyebab utama tingginya tingkat penggundulan hutan itu adalah banyaknya area hutan yang dibabat untuk dijadikan lahan kelapa sawit. Kegiatan ini diklaim menjadi penyumbang terbesar (sekitar 16 %) yang dinilai cukup ‘ekstrim’ hingga membuat produktifas deferostasi meningkat pesat. Walau pada nyatanya pemerintah Indonesia telah menerapkan metode pelarangan yang cukup tegas pada perusahaan-perusahaan multinasional itu untuk menyetop penggundulan hutan guna produksi kelapa sawit di beberapa daerah, namun tetap saja sejumlah perusahaan tetap bandel tak menghiraukan himbauan itu. Walaupun pada akhirnya perusahaan-perusahaan itu memisahkan diri dengan produksi kelapa sawit di Tanah Air, namun nyatanya mereka tetap menggencarkan kegiatan ini di negara-negara lain, seperti Liberia, Gabon dan Ghana. Ironis!
Kita tahu bahwa salah satu fungsi hutan adalah sebagai media perantara yang mampu menyerap karbon dioksida dari udara melalui proses fotosintesis. Karbon dioksida tersebut nantinya akan diserap tumbuhan untuk kemudian disimpan didalam batang kayunya. Lalu sebagian karbon akan dilepaskan kembali ke udara, dan sebagiannya lagi akan terendam di dalam tanah. Seharusnya, jika aktivitas ini berjalan secara alamiah, proses terlepasnya karbon dioksida ke atmosfer bisa berjalan lancar. Nah, karena adanya penggundulan hutan serta pembakaran hutan yang terus-menerus inilah membuat pelepasan karbon dioksida menjadi tak seimbang dengan kemampuan hutan dalam menyerap karbon dioksida yang terlepas ke udara. Pada akhirnya terjadi miss communication serta timpangnya asupan keluar-masuknya gas karbon dioksida ke lingkungan. Dampak besar yang ditimbulkan adalah terjadinya efek gas rumah kaca yang pastinya dapat meningkatkan suhu bumi. Hal inilah yang menyebabkan bumi sering mengalami perubahan cuaca yang cukup ekstrim karena pola udara yang bergerak tak teratur di atmosfer.
Selain itu penggundulan hutan menyebabkan banyak hewan dan tumbuhan kehilangan tempat tinggalnya. Hal ini menyebabkan beberapa spesies hewan yang akhirnya bergerak ke pemukiman penduduk hingga menimbulkan ketidaktenangan penduduk sekitar. Padahal hewan dan tumbuhan tersebut merupakan asupan penting sebagai penyedia udara yang bersih, aliran sungai yang jernih dan mangrove yang melindungi pesisir pantai.
Namun tak selamanya orang-orang peduli akan kelangsungan hidup hutan itu sendiri. Banyak pengrusakan tak bertanggung jawab yang dilakukan manusia jaman sekarang, terutama manusia yang rakus akan uang dan pastinya tak mengerti fungsi hutan untuk kelangsungan makhluk hidup itu sendiri.
Tercatat bahwa tingkat penggundulan hutan di Indonesia adalah yang tertinggi ke-2 di dunia (DetikNews). Dalam setahun, Indonesia diperkirakan telah kehilangan hutannya seluas satu juta hektar. Coba bayangkan cendolers? Menyedihkan, bukan? Perlu disimak, bahwa yang menjadi penyebab utama tingginya tingkat penggundulan hutan itu adalah banyaknya area hutan yang dibabat untuk dijadikan lahan kelapa sawit. Kegiatan ini diklaim menjadi penyumbang terbesar (sekitar 16 %) yang dinilai cukup ‘ekstrim’ hingga membuat produktifas deferostasi meningkat pesat. Walau pada nyatanya pemerintah Indonesia telah menerapkan metode pelarangan yang cukup tegas pada perusahaan-perusahaan multinasional itu untuk menyetop penggundulan hutan guna produksi kelapa sawit di beberapa daerah, namun tetap saja sejumlah perusahaan tetap bandel tak menghiraukan himbauan itu. Walaupun pada akhirnya perusahaan-perusahaan itu memisahkan diri dengan produksi kelapa sawit di Tanah Air, namun nyatanya mereka tetap menggencarkan kegiatan ini di negara-negara lain, seperti Liberia, Gabon dan Ghana. Ironis!
Kita tahu bahwa salah satu fungsi hutan adalah sebagai media perantara yang mampu menyerap karbon dioksida dari udara melalui proses fotosintesis. Karbon dioksida tersebut nantinya akan diserap tumbuhan untuk kemudian disimpan didalam batang kayunya. Lalu sebagian karbon akan dilepaskan kembali ke udara, dan sebagiannya lagi akan terendam di dalam tanah. Seharusnya, jika aktivitas ini berjalan secara alamiah, proses terlepasnya karbon dioksida ke atmosfer bisa berjalan lancar. Nah, karena adanya penggundulan hutan serta pembakaran hutan yang terus-menerus inilah membuat pelepasan karbon dioksida menjadi tak seimbang dengan kemampuan hutan dalam menyerap karbon dioksida yang terlepas ke udara. Pada akhirnya terjadi miss communication serta timpangnya asupan keluar-masuknya gas karbon dioksida ke lingkungan. Dampak besar yang ditimbulkan adalah terjadinya efek gas rumah kaca yang pastinya dapat meningkatkan suhu bumi. Hal inilah yang menyebabkan bumi sering mengalami perubahan cuaca yang cukup ekstrim karena pola udara yang bergerak tak teratur di atmosfer.
Selain itu penggundulan hutan menyebabkan banyak hewan dan tumbuhan kehilangan tempat tinggalnya. Hal ini menyebabkan beberapa spesies hewan yang akhirnya bergerak ke pemukiman penduduk hingga menimbulkan ketidaktenangan penduduk sekitar. Padahal hewan dan tumbuhan tersebut merupakan asupan penting sebagai penyedia udara yang bersih, aliran sungai yang jernih dan mangrove yang melindungi pesisir pantai.
akibat pembabatan hutan, source pict by google |
Well, gimana cendolers. Ngeri nggak tuh efek penggundulan hutan yang terjadi saat ini! Nah, maka dari itu, kita kudu menciptakan pola hidup ‘GO GREEN’ mulai dari sekarang. Pola hidup GO GREEN yang bisa kita terapkan sedini mungkin, seperti menaman aneka tumbuhan di halaman rumah kita, atau mengurangi penggunaan sepeda motor yang tidak perlu (Masa iya pergi ke rumah teman yang jaraknya cuma 10 meter kudu naek motor, jalan kaki atau naik sepeda kan bisa, hehe ) dan banyak yang lainnya. So, yuk bareng-bareng suarakan STOP PEMBABATAN HUTAN, dan keep Go Green yaaa ....! (*WA/Eyra)
crying....>.<
BalasHapus