Artikel Acak:
Home » , » Traveling: Eksotisme Kecamatan Sampung

Traveling: Eksotisme Kecamatan Sampung


Cendolers pasti sudah akrab dengan istilah go green- gerakan menanam seribu pohon atau semacamnya. Atau mungkin sudah pernah bahkan sering terjun langsung buat menyelamatkan bumi kita? Keren banget tuh. Tapi, buat yang belum bisa menanam pohon karena beberapa alasan, lahan yang sempit misalnya, coba deh, simak perjalanan crew c-magz kali.

Beberapa hari yang lalu kami main ke Sampung. Salah satu kecamatan di sebelah barat kota Reog, Ponorogo. Jaraknya kurang lebih sekitar 20 Km dari pusat kota. Kita bisa sampai di tempat ini dengan menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi. Kebetulan yang disengaja kami memakai kendaraan sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan untuk sampai di tempat tujuan relatif lebih singkat, kira-kira setengah jam.

Pemandangan pertama yang menyambut saat mengunjungi tempat ini adalah pegunungannya yang mulai gundul. Dari kejauhan tampak gunung gamping yang sudah hampir seperempat bagiannya terkeruk.

Gunung Gamping, foto by : Ria

Selanjutnya, dari kejauhan tampak gunung gamping yang sudah hampir seperempat bagiannya terkeruk. Gunung gamping atau akrab disebut gunung kapur ini menyisakan batu-batu kapur mentah berwarna putih kekuningan. Hamparan tanah putih diselingi semak belukar ini menyuguhkan nuansa yang berbeda. Tempatnya agak panas, karena di sini hanya ada semak belukar dan pohon-pohon yang mulai meranggas. Jadi kami hanya berhenti sebentar kemudian melanjutkan perjalanan kembali.

Tujuan pertama kami adalah desa Poh Ijo. Di desa ini terdapat sebuah padepokan Bonsai. Kesan yang berbeda kami dapat ketika mengunjungi tempat ini. Tempatnya sejuk dan warna hijau dari dedaunan sungguh menyegarkan mata. Menurut pemiliknya, jumlah tanaman bonsai di tempat ini telah mencapai ratusan dengan harga yang tentunya bervariasi. Mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung dari keunikan bonsai itu sendiri. Keren, ya?! Tapi, bukan hanya kekaguman itu yang kami dapat ketika kami mengunjungi padepokan ini. Cendolers mungkin menangkap satu hal kecil yang terselip dalam perjalanan kita kali ini. Bahwa menanam pohon pun bisa dilakukan dalam media yang kecil.

Bonsai, source by google

Di dalam pot, seperti bonsai ini misalnya. Memang ukurannya kecil, daunnya juga tidak terlalu banyak. Tapi dari pohon kecil itulah udara di sekitar kita bisa segar dan kaya oksigen. Meskipun akan lebih baik jika kita bisa menanam pohon yang lebih besar di lahan yang agak luas. Sehingga pohon itu tidak hanya menyuplai oksigen tapi akarnya juga bisa menyerap air dari tanah. Dengan begitu air yang kita konsumsi akan tetap segar.

Puas memanjakan mata dengan melihat-lihat tanaman yang ada di Padepokan Bonsai kami melanjutkan perjalanan. Tujuan kami selanjutnya adalah desa Dasun. Desa yang terkenal dengan kuliner khasnya, yakni rica-rica menthok.





Bagi kami, lelah dan panas selama setengah jam perjalanan rasanya terbayar tunai ketika santapan ini sudah ada di depan mata. Senang sekali bisa menyantap kuniler yang sudah menjadi incaran kami sejak berangkat tadi. Yups! Rica-rica Menthok. Kuliner khas kecamatan Sampung ini memang belum begitu terkenal di luar kota. Namun makanan ini sudah sangat kondang di kalangan remaja asli Ponorogo. Pasalnya ada yang istimewa dari rica-rica menthok Sampung ini.

Antara lain bumbunya yang khas, dijamin beda dari rica-rica menthok dari daerah lain. Nggak cuma itu, rica-rica ini juga bisa membuat orang meneteskan air mata. Memang, tak terlihat sedikit pun cabe di masakan ini. Akan tetapi, rasa pedasnya melebihi maicih level 10. Jadi, jangan heran jika melihat kami menangis berjamaah gara-gara makan rica-rica menthok ini. Pedasnya mantab dan selalu bisa membuat kami ketagihan.

Kecamatan Sampung ini masih alami, belum banyak dijajah oleh mal-mal ataupun perumahan penduduk. Kami bahkan menjumpai beberapa penduduk desa yang sedang asyik memancing. Bukan di kolam pemancingan, melainkan di sungai. Aktivitas yang sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Ponorogo dan mungkin di tempat Cendolers juga.

Gimana? Asyik kan, bisa menikmati alam ciptaan Tuhan ini. Alangkah senangnya jika kita bisa tetap menikmati bahkan mewariskannya untuk anak cucu kita nanti. Eits, itu bukan hal yang tidak mungkin lo, Asal kita mau berusaha. Bisa dimulai dengan menanam satu pohon kecil di samping rumah kita, membuang sampah pada tempatnya dan hal-hal kecil lainnya.

Go go green! Sembilan dikurang tujuh, sama dengan dengan dua. Sampai ketemu, di edisi c-magz selanjutnya. (*NS/RRC)

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Sponsor

Sponsor
 
Support : Johny Template | Mas Template
Powered by : Blogger
Copyright © 2012-2013 C-Magz - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Edited by Baser