oleh : Elis Widyo Palupi
(1)
Melalui angka aku terjebak
terhimpit dalam liang gubuk dengan perebutan yang marak
Untuk lagi-lagi angka yang mendesak
Katanya untuk hidup tanpa sesak
(2)
Ah, berhitung selalu yang utama
Bahkan angka sudah menjelma penguasa dunia
Lagi untuk mendermakan manusia
Tapi itu katanya
(3)
Aku tak mengerti matematika
Yang hafal cuma satu tambah dua
Tetap 3 tanpa kata
Tapi aku melulu ada disana
(4)
Pendidikan dua Mei
Pendidikan pribumi
Memungut angkat demi sebutir nasi
Demi perut yang menggigi
(5)
Pendidikan dua Mei
Berebut bangku perguruan tinggi
Ramai di jurusan pegawai negeri
Lagi demi tak hidup di bawah lori
*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Potret Pendidikan
oleh Ti Lar So
Di dinding-dinding kelas tergantung beberapa potret
Siswa-siswa memotret keseharian mereka sendiri
Potret-potret itu telah berdiam di sana puluhan tahun
Dan entah sampai kapan akan tetap di sana.
Bangku dan meja belajar yang reot
Atap kelas yang bocor di sana-sini
Ruang kelas yang kumuh dan tak layak pakai
Buku-buku pelajaran usang
Kaki-kaki siswa yang telanjang
Menyusuri jalan setapak, pematang sawah, dan bukit
Menyeberangi sungai berarus deras yang sewaktu-waktu buas
Meniti jembatan dari sepasang tambang yang terbentang
Di ruang guru juga terpampang beberapa potret
Guru-guru memotret nasib mereka sendiri
Di antara mereka kerap termenung di mulut tungku
Ketika tak ada lagi sisa gaji yang bisa dimatangkan
Jakarta, 2 Mei 2012
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !