Artikel Acak:
Home » , » Pangeran Rindu

Pangeran Rindu

By : Die

Dalam lerai nafasku
Kuendapkan setangkup rindu yang menggebu padamu
Kau telah membelai hatiku dengan untaian kata-kata indah
Membuatku bergeming akan pesonamu
Hei, Pangeran Rindu, datanglah!
Aku membutuhkanmu


Di sudut sepi sebuah gang, aku masih tergugu menunggumu. Kau yang sudah lama menghilang dari hidupku. Masih setia menyusup di pikiranku demikian sering. Begitu sering, hingga terkadang aku lelah untuk berpaling guna mencari penghiburan lain.

Aku masih terduduk gelisah di sini. Di bangku bambu yang sudah reyot dekat pos satpam komplek rumahmu. Matahari sudah hampir tenggelam, tapi sosokmu tak jua muncul. Apakah kau sudah lupa akan janji kita dulu. Kau pernah bilang padaku akan datang ke tempat ini di hari pertama bulan April. Dan ini sudah April keempat. Namun, kau tetap tak kunjung datang. Ah, benarkah kau lupa dengan semua itu? Atau memang karena hari ini adalah April Mop, makanya kau merasa sah membohongiku. Ah...

“Datanglah ke sini saat April Mop tahun depan dengan membawa sekeranjang buah kesukaaanku. Aku akan memberikan kepastian itu padamu. Sungguh, aku takkan bohong,” ucapmu menyakinkan sembari melepaskan pegangan jemariku yang kian erat menggenggam lenganmu, seakan tak rela pegangan itu terlepas. “Aku takkan memberikan April Mop yang kelabu lagi padamu. Aku janji!” lanjutmu. Sejenak mata kita bertemu. Sampai sebuah pelukan kuberikan padamu sebagai bentuk perpisahan sementara. Langkahmu berayun kemudian. Meninggalkanku tanpa kata.

Ah, tahun depan. Kau bohong! Aromamu kini tak berbau rindu lagi, malah menyisakan kehampaan yang menyanyat. Aku pilu. Juga lelah. Kau menyuruhku datang dengan membawa sekeranjang buah kesukaanmu. Mangga. Dan sekarang apakah aku akan sia-sia lagi membawa ini?

Aku segera beranjak, sampai tiba-tiba seorang bocah menggamit tanganku dengan lembut.

“Kak, mangganya dimakan nggak? Kalo nggak buat aku aja ya? Aku lapar!” wajah anak itu memelas. Pakaiannya kotor juga rombeng-rombeng, wajahnya dipenuhi guratan debu dan terlihat tak terurus.

Bibirku masih diam. Keningku berkerut menimbang-nimbang. Tak lama senyumku mengembang.

“Boleh, tentu saja, mangga ini buat kamu saja semuanya?” aku mengangsurkan sekeranjang mangga di tanganku pada bocah itu.

“Benar Kak, terimakasih ya … hore! hore!” bocah itu meraih pemberianku dengan riang. Ia berlari ke tengah jalan. Begitu lincah.

Dion, April Mop akan selalu tampak kelabu di mataku, seiring kebohongan yang pernah kau ucapkan padaku. Padahal aku selalu setia menunggumu di sini. Tapi sekalipun bingkai cintamu masih tampak kosong di hatiku hingga kini, kesia-siaanku menunggumu ternyata tak sia-sia untuk orang lain. Karena, sekeranjang mangga kesukaanmu sangat berguna untuk orang lain. Bocah tadi.

Ah, kau memang masih berupa bayangan sekarang. Walau begitu, aku tak mau menyerah. Awal April tahun depan aku akan datang lagi ke sini untuk menunggu kedatanganmu. Karena aku mencintaimu, Dion.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Sponsor

Sponsor
 
Support : Johny Template | Mas Template
Powered by : Blogger
Copyright © 2012-2013 C-Magz - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Edited by Baser