Kemsasnas, Ku Harus Menunggumu Lagi
~Mala Sitha~
~Mala Sitha~
Kemsasnas!
Kemsasnas!
Kemsasnas!
Uh! Kuklik tulisan logout pada akun facebook-ku. Aku akan mati karena rasa iri jika terus memaksa untuk tetap membuka akun fb-ku. Bagaimana tidak? Hampir di seluruh postingan berandaku menceritakan tentang kebahagian Cendolers yang sedang mengikuti Kemah Sastra Nasional 2 di Cikole, Bandung.
Kutatap langit-langit kamarku yang tak lagi berwarna putih bersih. Di luar hujan bergemuruh. Kembali terbayang di pelupuk mataku tentang nikmatnya kebersamaan di Kemsasnas. Ah … apakah yang sedang mereka lakukan saat ini? Mendekam di tenda masing-masing karena hujan atau malah sedang bergembira menikmati sebuah pertemuan yang hangat? Kembali terbersit rasa iri berderap di hatiku.
“Aaaagrrrrrh …!” teriakku frustasi.
‘Kenapa, Tha?”
Kutolehkan kepala, ternyata itu suara kakak perempuanku.
“Biasalah. Anak muda yang hobi galau!” jawabku ketus. Dia tersenyum.
“Putus cinta lagi?” selidiknya.
Aku melotot. Putus cinta? Ah … sejak kapan!
“Emang aku punya pacar?”
“Oh lupa! Kamu kan jomblo sejati. Terus galau kenapa?”
Bagaimana mungkin aku cerita kalau kegalauan ini bersumber dari kegagalanku ikut Kemsasnas. Dia pasti menganggap ini hal lucu.
Bagaimana mungkin aku cerita kalau kegalauan ini bersumber dari kegagalanku ikut Kemsasnas. Dia pasti menganggap ini hal lucu.
“Ke luar sana, aku mau tidur!” usirku. Melihatku yang lagi tidak berminat untuk bercanda, Kakakku akhirnya keluar juga.
Sekarang apa yang harus kulakukan di kamar yang sunyi ini? Ah, tidur aja deh!
***
Kemsasnas!
Kemsasnas!
Kemsasnas!
Kemsasnas!
Kemsasnas!
“Uh! Kenapa semua tentang Kemsasnas sih?” gerutuku sambil melihat postingan-postingan Cendolers yang sedang kemah di Cikole.
Kemsasanas. Yah, Kemsasnas yang sejak awal tahun selalu kuinginkan. Kemsasnas yang sejak dulu selalu kupikirkan. Dan sekarang, aku harus pasrah menikmati Kemsasnas dari layar ponsel. Sungguh menyebalkan!
Kembali kuklik logout. Aku benar-benar tak tahan jika terus begini.
Ternyata, meski aku tak lagi berselancar di fb, pikiran tentang keseruan Kemsasnas melekat erat di otakku. Bagaimana serunya menyaksikan pertunjukan dari masing-masing Cendolers, bagaimana bahagianya mendapat ilmu tentang sastra dari para suker yang keren, bagaimana romantisnya cendol light dinner.
Ternyata, meski aku tak lagi berselancar di fb, pikiran tentang keseruan Kemsasnas melekat erat di otakku. Bagaimana serunya menyaksikan pertunjukan dari masing-masing Cendolers, bagaimana bahagianya mendapat ilmu tentang sastra dari para suker yang keren, bagaimana romantisnya cendol light dinner.
Agggrrrhh …! Aku benar-benar ingin ke sana.
Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tak bisa begini terus.
Akhirnya kuputuskan untuk mengambil notebook-ku. Kunyalakan dan kubuka program microsoft word. Nah di sinilah aku memulai mengalihkan hasratku yang tak lagi terbendung tentang Kemsasnas. Kutampahkan segala kekesalanku di sana. Bagaimana galaunya aku tak bisa ikut serta merasakan kespektakuleran Kemsasnas. Hingga akhirnya, sebuah puisi tertulis untuk menampung apa yang kurasakan.
Di sini
Aku gelisah dalam sepi
Sendiri
Di sini
Aku terkurung akan rasa iri
Sendiri lagi
Dan masih di sini
Aku memaki nasib diri
Lagi-lagi sendiri
Ah … aku ingin lari ke sana
Di mana teman sejawatku bersuka cita
Merasakan hangat dalam keriuhan tawa
Menuntaskan kerinduan maya dalam nyata
Namun, aku terkulai dalam pasrah
Mimpi yang kusulam tak terwujud dengan mudah
Lagi-lagi aku harus terima
Di sinilah sekarang aku berada
Bukan di sana
Aku tersenyum kecut membaca puisiku. Ah … hanya inilah yang bisa kulakukan. Mengulang kembali mimpi-mimpi, memintalnya menjadi kekuatan baru, berharap ada kesempatan di tahun depan. Masih ada Kemsasnas di tahun depan. Aku harus ikut Kemsasnas 3!
Di sini
Aku gelisah dalam sepi
Sendiri
Di sini
Aku terkurung akan rasa iri
Sendiri lagi
Dan masih di sini
Aku memaki nasib diri
Lagi-lagi sendiri
Ah … aku ingin lari ke sana
Di mana teman sejawatku bersuka cita
Merasakan hangat dalam keriuhan tawa
Menuntaskan kerinduan maya dalam nyata
Namun, aku terkulai dalam pasrah
Mimpi yang kusulam tak terwujud dengan mudah
Lagi-lagi aku harus terima
Di sinilah sekarang aku berada
Bukan di sana
Aku tersenyum kecut membaca puisiku. Ah … hanya inilah yang bisa kulakukan. Mengulang kembali mimpi-mimpi, memintalnya menjadi kekuatan baru, berharap ada kesempatan di tahun depan. Masih ada Kemsasnas di tahun depan. Aku harus ikut Kemsasnas 3!
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !